Survei terkini yang diadakan oleh lembaga penelitian menunjukkan bahwa perusahaan keluarga kini lebih berhati-hati dalam melakukan investasi. Hal ini terjadi seiring munculnya berbagai ketidakpastian ekonomi global yang bisa memengaruhi hasil investasi mereka.
Dalam survei tersebut, lebih dari setengah responden menyatakan bahwa mereka melihat investasi dalam bentuk uang tunai dan aset likuid lainnya sebagai pilihan yang paling menjanjikan dalam waktu dekat. Di sisi lain, sejumlah responden menganggap bahwa inovasi seperti kecerdasan buatan akan memberikan imbal hasil yang baik dalam kondisi pasar yang tidak menentu.
Pada tahun lalu, sektor ekuitas pertumbuhan dan pertahanan menjadi pilihan utama bagi banyak investor. Namun, situasi saat ini menunjukkan perubahan signifikan dalam preferensi investasi yang mencerminkan kondisi pasar yang tidak menentu.
Perubahan Persepsi Investasi di Tengah Ketidakpastian Pasar
Dalam survei yang melibatkan 141 perusahaan pengelola kekayaan keluarga, ditemukan bahwa ekspektasi imbal hasil untuk tahun 2025 mengalami penurunan yang signifikan. Rata-rata responden kini mengharapkan imbal hasil portofolio hanya sebesar 5%, jauh lebih rendah dibandingkan 11% yang diprediksi tahun lalu.
Tekanan yang dihadapi investor dari perubahan kebijakan ekonomi, baik domestik maupun internasional, memperburuk situasi. Banyak perusahaan keluarga kini lebih memilih meningkatkan likuiditas mereka sebagai langkah strategis, menandakan bahwa ketahanan finansial menjadi prioritas utama di tengah gejolak ekonomi.
Keberanian untuk berinvestasi menjadi tantangan tersendiri saat banyak responden menunjukkan keengganan untuk mengambil risiko. Hal ini mencerminkan perubahan sikap yang lebih konservatif di kalangan investor, terutama dalam menghadapi ketidakpastian baru di pasar global.
Risiko yang Dihadapi Investor dan Dampaknya
Berdasarkan hasil survei, terdapat beberapa risiko utama yang diidentifikasi oleh para investor. Sebanyak 52% responden mencatat depresiasi dolar AS sebagai salah satu ancaman signifikan yang berpotensi memengaruhi kinerja investasi mereka.
Nilai tukar dolar yang turun hampir 9% sejak awal tahun menjadi faktor pendorong untuk meningkatkan kekhawatiran di kalangan perusahaan keluarga. Selain itu, tantangan lain muncul dari sektor ekuitas swasta dan modal ventura yang menunjukkan kinerja di bawah harapan.
Menariknya, hampir seperempat responden melaporkan bahwa dana ekuitas swasta tidak memberikan imbal hasil yang diharapkan, menunjukkan ketidakpuasan yang meluas dalam pendekatan investasi mereka. Hal ini membuat perusahaan keluarga cenderung lebih berhati-hati dalam memilih sektor yang dianggap menjanjikan.
Strategi Investasi yang Berubah untuk Masa Depan
Terlepas dari tantangan yang dihadapi, banyak perusahaan keluarga tetap optimis dengan penempatan dana mereka. Kewaspadaan mereka bukan hanya untuk menghindari risiko, tetapi juga sebagai upaya untuk menciptakan peluang investasi di waktu yang akan datang.
Bill Ringham dari lembaga penelitian menekankan pentingnya visi jangka panjang yang dimiliki oleh keluarga-keluarga tersebut. Dengan memiliki strategi yang lebih matang, mereka berupaya membangun kekayaan yang dapat melampaui inflasi dan memenuhi kebutuhan masa depan mereka.
Rencana alokasi aset pun berubah drastis, dengan hanya sedikit perusahaan yang rela meningkatkan dana investasi di sektor yang lebih berisiko. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian mereka lebih tersita pada upaya mempertahankan stabilitas finansial sembari memanfaatkan setiap peluang yang muncul dalam pasar.
