PT Bank OCBC NISP Tbk mengalami dinamika menarik dalam laporan keuangannya hingga September 2025. Meskipun laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 3,82 triliun, angka ini menunjukkan pertumbuhan yang hanya meningkat 0,16% jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Namun jika dilihat lebih mendalam, faktor penopang pertumbuhan laba tidak sepenuhnya berasal dari kinerja bisnis inti bank. Seluruh keuntungan di satu sisi terpengaruh oleh penjualan instrumen keuangan yang mencatat angka positif dalam laporan keuangan.

Dalam perkembangan yang menarik, pendapatan bunga dan pendapatan syariah mengalami kenaikan sebesar 3,31% menjadi Rp 14,15 triliun. Sayangnya, hal ini tidak sepenuhnya berpengaruh positif, karena beban bunga dan beban syariah juga meningkat hingga 8,28%, yang berdampak pada penurunan pendapatan bersih menjadi Rp 8,11 triliun.

Analisis Kinerja Keuangan yang Menggugah Perhatian

Melihat lebih jauh, beban perusahaan terutama disebabkan oleh peningkatan signifikan pada segmen syariah. Dengan pertumbuhan yang menakjubkan mencapai 55,84%, beban syariah kini tercatat sebesar Rp 586,66 miliar, yang menjadi tantangan tersendiri bagi pihak manajemen.

Kendati demikian, kinerja bottom line terlihat cukup positif berkat keuntungan dari penjualan instrumen keuangan yang melonjak 308,75% menjadi Rp 639,61 miliar. Penjualan ini menjadi solusi kreatif dalam menghadapi tantangan yang ada pada segmen pembiayaan yang lain.

Selisih kurs juga berkontribusi positif, menghasilkan cuan sebesar Rp 160 miliar. Berbanding terbalik dengan periode tahun lalu, di mana perusahaan justru mengalami kerugian dari selisih kurs sebesar Rp 229,52 miliar, perubahan ini membuktikan adanya strategi pengelolaan yang lebih baik.

Strategi Pembentukan Penyisihan yang Berhasil Diterapkan

Di sisi lain, OCBC menerapkan strategi yang tepat dengan menekan pembentukan penyisihan hingga 49,56% menjadi Rp 246,47 miliar. Langkah ini tidak hanya mencerminkan efisiensi, tetapi juga kesadaran akan pentingnya risk management dalam menghadapi ketidakpastian pasar.

Selain itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga menjadi sorotan, dengan angka mencapai 15% secara tahunan menjadi Rp 230 triliun. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap bank, yang berdampak positif pada arus kas keseluruhan.

Dalam aspek lebih rinci, dana murah atau current account savings account (CASA) mengalami pertumbuhan yang serupa, sementara deposito juga meningkat sebesar 16% yoy, menciptakan ekosistem yang mendukung likuiditas yang lebih baik.

Menilai Pertumbuhan Kredit yang Stabil dan Sektor Likuiditas

Dalam hal penyaluran kredit, OCBC Indonesia berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp 164,74 triliun dengan pertumbuhan 2% secara tahunan. Angka ini menunjukkan soliditas dalam penyaluran kredit sekaligus mencerminkan keberhasilan dalam menjaga portofolio kredit yang sehat.

Hal ini juga tercermin dari indikator likuiditas bank, di mana rasio pinjaman terhadap deposito (loan to deposit ratio) tercatat di angka 70,68%. Meskipun mengalami penurunan dari periode tahun lalu yang mencapai 80,32%, angka ini masih menunjukkan status sehat dari likuiditas bank.

Pola pertumbuhan yang terlihat di sektor kredit dan juga dalam likuiditas ini menjadi fondasi yang kuat bagi OCBC untuk terus berkembang, meskipun berbagai tantangan tetap harus dihadapi pada masa mendatang.