BMKG Peringatkan Potensi Banjir Lahar Hujan Gunung Lewotobi

BMKG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengeluarkan peringatan terkait potensi terjadinya banjir lahar hujan dari Gunung Lewotobi Laki-Laki, yang terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Peringatan ini disampaikan seiring dengan datangnya musim hujan dan cuaca ekstrem yang dipicu oleh fenomena La Nina. Selain itu, dinamika atmosfer yang terjadi juga berpotensi memperburuk ancaman bencana alam di wilayah tersebut.

Gunung Lewotobi, yang termasuk dalam kategori gunung berapi aktif, memiliki potensi untuk melepaskan lahar hujan ketika hujan deras mengguyur daerah sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya banjir lahar yang membawa material vulkanik, seperti lumpur dan batu, yang dapat menghancurkan fasilitas dan menimbulkan ancaman bagi keselamatan warga di sekitar lereng gunung.

Untuk itu, BMKG mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat setempat tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana alam ini. Khususnya bagi mereka yang tinggal di kawasan sekitar lereng gunung serta jalur aliran sungai yang mengalir dari lereng gunung yang telah atau sedang mengalami erupsi.

Langkah Antisipasi yang Perlu Diambil

Pemerintah daerah diharapkan segera menginformasikan potensi bencana kepada masyarakat serta meningkatkan kesadaran akan bahaya banjir lahar hujan, terutama pada musim hujan dan saat cuaca ekstrem terjadi. Masyarakat diimbau untuk menghindari bantaran sungai atau wilayah yang rawan terkena dampak banjir lahar hujan, terutama pada saat hujan lebat. Selain itu, penting bagi masyarakat untuk mengikuti informasi terbaru dari BMKG dan otoritas setempat terkait kondisi gunung dan cuaca di sekitar mereka.

Dengan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, diharapkan potensi kerugian akibat bencana banjir lahar hujan dapat diminimalisir, dan keselamatan warga dapat terjaga dengan baik.

Belajar dari Gunung Marapi, BMKG Ingatkan Waspada Banjir Lahar Hujan di Gunung Lewotobi

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi banjir lahar hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu di wilayah sekitar Gunung Lewotobi, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan di Jakarta pada Senin (18/11/2024), Dwikorita mengungkapkan, “Belajar dari Gunung Marapi di Sumatra Barat, kami meminta seluruh pihak dan masyarakat untuk mewaspadai banjir lahar hujan yang bisa sewaktu-waktu terjadi karena sangat berbahaya.”

Fenomena banjir lahar hujan yang terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi, khususnya di daerah yang terdapat gunung berapi aktif, telah terbukti menimbulkan dampak yang sangat merusak. BMKG merujuk pada kejadian-kejadian serupa yang pernah terjadi di Gunung Marapi, Sumatra Barat, yang menjadi salah satu contoh bagaimana lahar hujan dapat menyebabkan kerusakan parah dan mengancam keselamatan jiwa. Dengan latar belakang tersebut, BMKG meminta agar semua pihak, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar lereng gunung, lebih waspada dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya bencana serupa.

Mewaspadai Potensi Bencana yang Terkait dengan Aktivitas Gunung

Banjir lahar hujan adalah ancaman yang sering kali datang tanpa peringatan sebelumnya. Lahar yang tercampur dengan air hujan dapat membawa material vulkanik, lumpur, dan batu besar, yang mengalir dengan kecepatan tinggi dan dapat merusak infrastruktur serta menghancurkan pemukiman. Oleh karena itu, penting bagi setiap warga yang berada di wilayah rawan untuk selalu mengikuti informasi yang dikeluarkan oleh BMKG dan pihak terkait.

Dwikorita juga menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak berwenang untuk memastikan langkah-langkah mitigasi bencana dapat diterapkan secara efektif. Dalam hal ini, upaya penguatan sistem peringatan dini dan edukasi masyarakat menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko serta kerugian yang dapat ditimbulkan oleh banjir lahar hujan.

Apa Itu Banjir Lahar Hujan?

Banjir lahar hujan adalah bencana alam yang terjadi ketika air hujan yang deras bercampur dengan material vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung berapi yang sedang erupsi. Proses ini menciptakan aliran lumpur panas yang sangat berbahaya dan cepat, yang dikenal dengan istilah “lahar”. Material vulkanik yang terlibat dalam banjir lahar hujan bisa berupa pasir, abu vulkanik, bebatuan, serta serpihan tumbuhan atau pohon yang terbawa oleh aliran air hujan.

Ketika terjadi erupsi gunung berapi, material vulkanik ini dapat tercampur dengan air hujan yang turun dengan intensitas tinggi, menciptakan aliran lahar yang mengalir melalui lereng gunung dan sungai-sungai di sekitarnya. Aliran lahar hujan ini bisa membawa material yang sangat berat, termasuk batu besar dan kayu, yang sangat berpotensi merusak infrastruktur dan membahayakan keselamatan jiwa.

Banjir lahar hujan, seperti yang pernah terjadi di Sumatra Barat, merupakan salah satu contoh betapa berbahayanya fenomena ini. Selain mengancam nyawa, banjir lahar hujan juga dapat menutup pemukiman, menghancurkan jalan-jalan, serta mengangkut batu-batu besar yang dapat menyumbat aliran sungai. Akibatnya, kerusakan yang ditimbulkan bisa sangat luas dan berjangka panjang.

Dampak dan Ancaman Banjir Lahar Hujan

Banjir lahar hujan merupakan ancaman yang sangat serius, terutama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar gunung berapi aktif. Selain merusak rumah dan infrastruktur, banjir lahar hujan juga dapat merusak ekosistem, menenggelamkan lahan pertanian, serta menyebabkan terjadinya longsoran tanah. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada terhadap peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG dan instansi terkait lainnya.

Potensi Banjir Lahar Hujan Meningkat di Tengah Fenomena La Nina

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa potensi banjir lahar hujan yang bisa terjadi di wilayah sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki semakin meningkat, terutama ketika hujan lebat terjadi setelah erupsi gunung berapi. “Saat erupsi, tidak semua material ikut meluncur ke bawah, melainkan tertumpuk di atas. Apabila hujan lebat terjadi, maka potensi banjir lahar hujan pun semakin meningkat,” jelasnya.

Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bencana alam, karena aliran lahar hujan yang tercampur dengan material vulkanik bisa sangat berbahaya. Terlebih lagi, curah hujan yang tinggi dapat mempercepat pergerakan lahar, meningkatkan ancaman terhadap pemukiman dan fasilitas di sekitar lereng gunung.

Fenomena La Nina: Peningkatan Risiko Cuaca Ekstrem

Dwikorita juga menambahkan bahwa ancaman bencana ini semakin diperburuk oleh fenomena La Nina, yang diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2025. Fenomena La Nina adalah peristiwa iklim global yang terjadi akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik, di mana suhu laut menjadi lebih dingin dari biasanya. Bagi Indonesia, fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah, dengan kenaikan curah hujan berkisar antara 20-40%.

Dalam kondisi La Nina, cuaca ekstrem seperti hujan deras dan angin kencang menjadi lebih sering terjadi. Hal ini tentunya berpotensi meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, termasuk banjir lahar hujan. “La Nina meningkatkan potensi cuaca ekstrem, dan ini akan mempengaruhi hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT),” kata Dwikorita.

Pantauan BMKG di NTT: Hujan Lebat Berpotensi Meningkatkan Risiko Bencana

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, kondisi cuaca di NTT selama sepekan terakhir menunjukkan variasi yang signifikan, dengan hujan ringan hingga hujan disertai petir terjadi di beberapa wilayah, seperti Pulau Timor, Manggarai, Manggarai Barat, Ngada, Sikka, dan Flores Timur. BMKG juga mencatat curah hujan yang cukup tinggi di beberapa stasiun meteorologi, seperti 45,2 mm/hari di Stasiun Meteorologi Eltari Kupang, dan 31,4 mm/hari di Stasiun Meteorologi Gewayantana Flores Timur.

“Wilayah NTT sebagian besar sudah memasuki awal musim hujan pada November 2024, namun kawasan sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diperkirakan baru akan mengalami musim hujan pada awal Desember. Ini berpotensi meningkatkan risiko banjir lahar hujan di lereng gunung tersebut,” lanjut Guswanto.

BMKG juga memperkirakan selama sepuluh hari ke depan, cuaca di wilayah NTT secara umum akan cerah berawan dengan hujan ringan. Namun, di beberapa wilayah seperti Manggarai Barat, Sikka, Sumba, dan Kabupaten Kupang, potensi hujan sedang hingga lebat tetap ada, yang meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, termasuk banjir lahar hujan.

Mengimbau Kewaspadaan Masyarakat

BMKG mengimbau agar masyarakat di kawasan sekitar Gunung Lewotobi tetap waspada, meskipun cuaca secara umum diperkirakan tidak terlalu ekstrem dalam waktu dekat. “Masyarakat di daerah rawan bencana, khususnya di sekitar Gunung Lewotobi, diminta untuk tetap tenang, namun terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana susulan yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” kata Guswanto.

Menurut Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, dinamika atmosfer saat ini menunjukkan potensi cuaca ekstrem yang lebih intens di berbagai wilayah Indonesia. Suhu muka laut yang lebih hangat di perairan sekitar Indonesia, termasuk di utara Nusa Tenggara, menjadi faktor utama yang mendukung pembentukan awan hujan yang lebih intens, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, termasuk banjir lahar hujan.

Faktor Labilitas Atmosfer Meningkatkan Risiko Cuaca Ekstrem

BMKG juga mengingatkan bahwa selain fenomena La Nina, faktor labilitas atmosfer lokal juga berkontribusi pada peningkatan peluang terjadinya cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan. Labilitas atmosfer mengacu pada kondisi di mana lapisan udara di atmosfer tidak stabil, yang dapat menyebabkan pembentukan awan hujan yang lebih cepat dan intens. Akibatnya, masyarakat perlu mewaspadai potensi hujan lebat, petir, dan angin kencang yang dapat terjadi secara tiba-tiba, terutama di wilayah yang sudah memasuki musim hujan.

Pertumbuhan Awan Hujan Kategori Tinggi di Beberapa Wilayah

BMKG juga mencatat bahwa potensi pertumbuhan awan hujan dengan kategori tinggi (>70%) terdeteksi di sebagian besar wilayah Indonesia. Wilayah-wilayah yang diperkirakan mengalami peningkatan intensitas hujan termasuk Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Dengan kondisi atmosfer yang labil ini, intensitas hujan diperkirakan akan lebih dominan di wilayah-wilayah yang sudah memasuki musim hujan, seperti di sebagian besar daerah di Sumatra, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Di daerah-daerah ini, BMKG mengingatkan agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang bisa disertai dengan angin kencang dan petir, yang berisiko menyebabkan banjir dan tanah longsor, serta gangguan pada transportasi dan infrastruktur.

Waspada Cuaca Ekstrem dalam Beberapa Hari ke Depan

Sebagai langkah antisipasi, BMKG menyarankan agar masyarakat di wilayah-wilayah yang berpotensi terkena cuaca ekstrem untuk tetap mengikuti informasi terbaru yang dikeluarkan oleh BMKG. Peningkatan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor, sangat penting untuk meminimalkan dampak yang dapat ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrem ini.

 

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *