Fenomena Langka ‘Bulan Kembar’ Mulai Besok, Jangan Lewatkan!

Fenomena Langka – Mulai Minggu, 29 September 2024, Bumi akan menyaksikan fenomena langka yang dikenal sebagai ‘Bulan Kembar’. Fenomena ini terjadi karena sebuah asteroid kecil bernama 2024 PT5 terperangkap oleh gravitasi Bumi, sehingga membuatnya seolah-olah menjadi bulan kedua.

Asteroid 2024 PT5 biasanya mengorbit Matahari sebagai bagian dari sabuk asteroid kecil yang mengikuti Bumi. Namun, mulai dari tanggal 29 September hingga 25 November 2024, asteroid ini akan berada dalam orbit yang memungkinkan kita melihatnya sebagai bulan sementara di langit malam.

Meskipun fenomena ini tidak akan berlangsung lama, kehadiran ‘bulan kedua’ ini akan menjadi pemandangan menarik bagi para pengamat langit di seluruh dunia.

Menurut data terbaru dari sistem Horizons Laboratorium Propulsi Jet NASA, penangkapan sementara akan dimulai pada pukul 15:54 EDT dan berakhir pada pukul 11:43 EDT pada 25 November 2024,” ungkap Carlos de la Fuente Marcos, pakar astronomi dari Universidad Complutense de Madrid. Informasi ini dikutip dari laporan Space pada Sabtu (28/9/2024), dan menyoroti momen krusial dalam studi astronomi yang menarik perhatian ilmuwan di seluruh dunia. Penangkapan sementara ini merupakan peristiwa langka yang diprediksi memiliki dampak signifikan dalam memahami dinamika objek-objek langit.

Marcos menjelaskan bahwa objek yang akan mengunjungi Bumi ini termasuk

dalam sabuk asteroid Arjuna, sebuah sabuk asteroid sekunder yang terdiri dari batuan angkasa yang mengikuti orbit yang sangat mirip dengan Bumi pada jarak rata-rata ke matahari sekitar 93 juta mil (150 juta kilometer). “Objek di sabuk asteroid Arjuna merupakan bagian dari populasi objek dekat Bumi berupa asteroid dan komet,” ucapnya. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya pemantauan dan penelitian terhadap objek-objek di sabuk Arjuna, mengingat orbit mereka yang dekat dengan Bumi dan potensi dampaknya pada planet kita.

Meskipun penyebutan Bumi memiliki “bulan kedua” terdengar luar biasa

peristiwa penangkapan asteroid oleh gravitasi Bumi sebenarnya cukup umum. “Beberapa objek dari sabuk asteroid Arjuna dapat mendekati Bumi pada jarak sekitar 2,8 juta mil (4,5 juta kilometer) dan dengan kecepatan yang relatif rendah, kurang dari 2.200 mil per jam (3.540 km/jam),” jelas Carlos de la Fuente Marcos. Setelah mengelilingi Bumi untuk sementara, asteroid 2024 PT5 akan melanjutkan orbitnya mengelilingi Matahari, sebagaimana fungsinya sebagai bagian dari sabuk asteroid Arjuna.

Perlu diketahui, asteroid 2024 PT5 bukanlah asteroid pertama yang terperangkap oleh gravitasi Bumi. Sebelumnya, ada beberapa benda antariksa yang juga mengitari Bumi dalam waktu singkat. Bahkan, fenomena serupa diperkirakan pernah terjadi beberapa dekade lalu, meski tidak tercatat.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga memberikan penjelasan ilmiah terkait fenomena yang ramai diperbincangkan sebagai “bulan kembar”. Menurut Peneliti Utama BRIN, Thomas Djamaluddin, istilah “bulan kembar” ini sebenarnya kurang tepat. “Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi yang ukurannya besar dan terlihat dengan mata telanjang. Namun, pada periode tertentu, objek lain seperti asteroid bisa terperangkap oleh gravitasi Bumi dan sementara waktu mengelilingi Bumi. Objek ini sering disebut sebagai ‘mini moon’ atau ‘bulan mini’,” jelas Thomas dalam siaran pers BRIN yang dikutip oleh detikINET, Rabu (25/9/2024).

Bagian ini memberikan konteks lebih dalam tentang fenomena penangkapan sementara asteroid oleh Bumi dan klarifikasi dari BRIN mengenai istilah yang tepat untuk menggambarkan peristiwa tersebut.

“Asteroid ini bukanlah bulan kedua, tetapi karena terjebak sementara dalam orbit Bumi, beberapa media menyebutnya sebagai ‘bulan mini’,” jelas Thomas Djamaluddin. Berbeda dengan Bulan yang memiliki diameter 3.473 kilometer, asteroid 2024 PT5 berukuran sangat kecil, hanya sekitar 10 meter. “Ukurannya yang jauh lebih kecil dibandingkan Bulan membuatnya tidak mungkin terlihat seperti bulan purnama yang biasa kita lihat di langit. Orbitnya juga tidak berbentuk lingkaran sempurna, dan hanya sekali mengelilingi Bumi sebelum akhirnya kembali ke orbit asalnya mengelilingi Matahari,” tambah Thomas.

Lebih lanjut, Thomas menjelaskan bahwa asteroid semacam ini sering kali terdeteksi dan umumnya tidak berbahaya. “Asteroid seukuran itu pernah jatuh di perairan Bone, Sulawesi, pada 2009. Namun, karena orbitnya terjebak di gravitasi Bumi untuk sementara waktu, ia dianggap menarik untuk diamati oleh para astronom,” katanya.

Meskipun banyak yang penasaran, asteroid 2024 PT5 tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Menurut Thomas, asteroid ini terlalu redup dan kecil untuk bisa dilihat tanpa bantuan alat khusus, sehingga pengamatan terhadapnya memerlukan teleskop dan instrumen astronomi lainnya.

Bagian ini menekankan pada perbedaan antara asteroid 2024 PT5 dan Bulan, sekaligus memberikan informasi penting tentang observasi dan keamanan terkait fenomena tersebut.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *